A. Konsep Dasar Penyakit Tuberculosis paru
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam
(Suriadi & Yulianni, 2001: 287).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh basil tuberkel mamalia (Mycobacterium tuberculosis, M. bovis) (Rudolph, 2006 : 688).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ lainnya. (Harnawati, 2009, paragraf : 1)
Penulis menyimpulan Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosa yang dapat menginfeksi paru-paru, organ pencernaan, sistem urinaria, dan organ-organ lain yang bisa menyebabkan kematian.
2. Etiologi
- Penyebab Tuberkulosis paru adalah:
- Mycobacterium tuberculosa
- Mycobacterium bovis
- Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis:
- Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik
- Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak pada anak perempuan
- Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
- Pada masa puber dan remaja di mana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
- Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
- Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
- Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah
- Nutrisi: status nutrisi yang kurang
- Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
- Tidak mematuhi aturan pengobatan.
3. Patofisiologi
Bakteri menyebar melalui jalan napas alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan inflames neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. limfosit yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dari jaringan normal. reaksi jaringan ini menyebabkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronco pneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding. granuloma berubah bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon thubercle. materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah itu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. bakteri menjadi non aktif (Muttaqien, 2008 : 89).
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons system yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijauan. tuberke yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan broncopneumonia. pembentukan tuberkel dan seterusnya. Pneumonia saluran ini dapat sembuh dengan sendirinya. proses ini berjalan terus dan basil terus difakosit (berkembang biak didalam sel). basil sel juga menyebar melalui getah bening. makrofag yang mengandung infiltasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epitoloid dan vibrolat akan menimbulkan respons yang berbeda dan akhirnya membentuk kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Muttaqien, 2008 : 89).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Tuberkulosis paru adalah:
- Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
- Gejala lanjut (jaringan paru sudah banyak yang rusak): pucat, anemia, lemah, dan berat badan menurun.
- Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan
Tetapi secara rutin dengan uji tuberculin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1 - 2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek gambaran klinisnya: demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun. (Suriadi & Yulianni, 2001 : 290)
Gejala sistemik/umum :
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.(Marwoto, 2009, Paragraf : 1 - 2).
5. Komplikasi
Menurut Suriadi & Yulianni (2001, 288). Akibat lanjut yang terjadi pada tuberkulosis paru adalah :
- Meningitis
- Spondilitis
- Bronchopneumonia
- Atelektasis
6. Pemerikasaan Diagnostik
- Pemeriksaan fisik.
- Riwayat penyakit: Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit.
- Reaksi terhadap tes tuberkulin: Reaksi tes positif (diameter = 5 mm).
- Radiologi: Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleura dengan efusi.
- Kultur sputum: Kultur lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.
- Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneum, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
- Uji BCG: Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu < 7 hari setelah penyuntikan.
- Infeksi TB: hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberkulin positif.
- Penyakit TB: gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-gejala penyakit.
7. Klasifikasi TBC
Klasifikasi
0
|
Tidak
pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC
|
Klasifikasi
I
|
Tidak
pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC
|
Klasifikasi
II
|
Terinfeksi
TBC/test tuberculin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada,
radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
|
Klasifikasi
III
|
Sedang
menderita TBC
|
Klasifikasi
IV
|
Pernah
TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
|
Klasifikasi V
|
Dicurigai TBC
|
8. Penatalaksanaan
Obat Anti TB (OAT)
Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :
- Fase awal intensif, dengan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah cepat.
- Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek dan kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R). Pirozinamid (Z), streptomisin (S) dan etambutol (E).
Obat
|
Dosis
|
||
Setiap hari
|
Dua kali /minggu
|
Tiga kali / minggu
|
|
Izoniazid
|
5
mg/kg max 300 mg
|
15
mg/kg max 900 mg
|
15
mg/kg max 900 mg
|
Rifampisin
|
10
mg/kg max 600 mg
|
10
mg/kg max 900 mg
|
10
mg/kg max 900 mg
|
Pirazinamid
|
15-30
mg/kg max 2 g
|
10
mg/kg max 4 g
|
50-70
mg/kg max 8 g
|
Etambutol
|
15-30
mg/kg max 2,5 g
|
50
mg/kg max 49
|
25-70
mg/kg
|
Straptomisin
|
15
mg/kg max 1 g
|
25-80 mg/kg max 1,5 g
|
25-30 mg/kg max 1 g
|
Panduan OAT
|
Klasifikasi dan Tipe Penderita
|
Fase Awal
|
Fase Lanjutan
|
Kategori I
|
-
Kasus baru dengan sputum
(+)
-
Kasus baru dengan bentuk
TB berat
|
2 HRS (E)
2 RHZS (E)
|
4 RH
4 R3 H3
|
Kategori II
|
-
Kasus kambuh
-
Kasus gagal dengan sputum
BTA positif
|
2 RHZES / 1 RHZE
2 RHZES / 1 RHZE
|
4 RH
4 R3 H3
|
Kategori III
|
-
Kasus BTA (-) dengan
kelainan paru yang tidak luas
-
Kasus TB esktra baru
selain dari yang disebut dalam kategori I
|
2 RHZ
2 RHZ / 2 R3 H3 Z
|
4RH
4R3 H3
|
Keterangan :
|
2 RHZ :
tiap hari selama 2 bulan
4 RH :
tiap hari selama 4 bulan
4 R3 H3 :
3 kali seminggu selama 4 bulan
|
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
- Data dasar : Riwayat keperawatan (riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, penyakit yang pernah diderita)
- Respirasi : Batuk selama lebih dari 3 minggu (disertai dengan darah), bila terjadi sumbatan sebagian bronchus (saluran yang menuju paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara napas melemah yang disertai sesak. Bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Integumen : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Gastrointestinal : Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Aktivitas/istirahat: Kelemahan, perasaan tidak enak (malaise) kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
- Neurologist : Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak). Gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
- Muskuloskeletal : Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang.
Diagnosa Keperawatan
- Resiko penyebaran infeksi b.d organisme virulen
Hasil yang diharapkan: Penyebarluasan infeksi dapat dicegah
Intervensi
|
Rasional
|
Tempatkan
anak pada ruang khusus
|
Mencegah
terjadinya penyebarluasan infeksi
|
1)
Pertahankan isolasi yang
ketat di rumah sakit pada anak dengan TB akif
|
2)
Pertahankan isolasi yang kurang ketat dapat menimbulkan
terjadinya infeksi nosokomial
|
3)
Gunakan prosedur
perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak
|
4)
Proteksi diri terhadap
penularan
|
5)
Lakukan uji tuberculin dan
memberikan penilaian hasil uji tersebut, mengambil bahan untuk pemeriksaan
bakteri
|
6)
Mengetahui sejauh mana
penyebarluasan infeksi terjadi
|
7)
Berikan antituberkulosis
sesuai order
|
8)
Pengobatan
antituberculosis secara teratur dapat membunuh kuman tuberkulosis
|
- Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
Hasil yang diharapkan: Meningkatnya pertukaran gas yang adekuat
Intervensi
|
Rasional
|
Monitor
tanda-tanda vital
|
Untuk mengetahui kondisi klien secara umum
|
Observasi
adanya sianosis pada mulut
|
Mengetahui adanya kekurangan O2 pada anak
|
Kaji
irama, kedalaman, dan ekspansi pernapasan
|
Pengkajian
yang sering menjamin fungsi pernapasan dan yang adekuat
|
Lakukan
auskultasi suara napas
|
Mungkin
adanya suara napas abnormal (ronchi, wheezing)
|
Ajarkan
cara bernapas efektif
|
Napas
dalam membantu meningkatkan ekspansi paru
|
Berikan
oksigen sesuai indikasi
|
Mempertahankan
kebutuhan O2 yang adekuat
|
Monitoring
hasil analisa gas darah
|
Mungkin
terjadi peningkatan atau penurunan hasil analisa gas darah.
|
- Inefektif pada nafas b.d adanya, infeksi jalan napas dan nyeri dada
Hasil yang diharapkan : Pola napas efektif
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji ulang status pernapasan (irama, kedalaman, suara
napas, penggunaan otot bantu pernapasan, barnapas melalui mulut)
|
Pengkajian yang sering menjamin fungsi pernapasan yang
adekuat
|
Kaji ulang
tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan frekuensi)
|
Tanda-tanda vital bisa saja berubah setiap saat sesuai
dengan kondisi klien
|
Berikan posisi tidur semi fowler/fowler
|
Mempertahankan
terbukanya jalan napas dan memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan
pada diagfragma.
|
Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan kemampuan
|
Mungkin terjadi kelemahan akibat kurangnya asupan O2
|
Anjurkan anak untuk banyak minum
|
Untuk mengencerkan sekret
|
Berikan oksigen sesuai indikasi
|
Oksigen membantu mengurangi kegelisahan karena kesukaran
pernapasan dan hipoksia
|
Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya
jalan napas
|
Obat seperti bronkodilator dapat menanggulangi spasme
otot
|
- Inefektif bersihan jalan napas b.d adanya sekret
Hasil yang diharapkan: Kesulitan bernapas pada anak akan berkurang yang ditandai dengan periode istirahat yang cukup, dan ferkuensi pernapasan dalam batas normal.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
ulang status pernapasan (irama, kedalaman, suara napas, penggunaan otot bantu
pernapasan, barnapas melalui mulut)
|
Pengkajian
yang sering menjamin fungsi pernapasan yang adekuat
|
Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama
dan frekuensi)
|
Tanda-tanda
vital bisa saja berubah setiap saat sesuai dengan kondisi klien
|
Berikan
posisi tidur semi fowler/fowler
|
Mempertahankan
terbukanya jalan napas dan memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan
pada diagfragma.
|
Bantu
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan
|
Mungkin
terjadi kelemahan akibat kurangnya asupan O2
|
Anjurkan
anak untuk banyak minum
|
Untuk mengencerkan sekret
|
Berikan
oksigen sesuai indikasi
|
Oksigen
membantu mengurangi kegelisahan karena kesukaran pernapasan dan hipoksia
|
Berikan
obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan napas
|
Obat
seperti bronkodilator dapat menanggulangi spasme otot
|
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Hasil yang diharapkan: Asupan nutrisi pada anak akan meningkat
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
ketidakmampuan anak untuk makan.
|
Ketidakmampuan
mungkin menjadi faktor penyebabnya.
|
Anjurkan
orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
|
Menyediakan
makanan dalam porsi yang lebih kecil untuk 1x makan tidak akan membebani
anak.
|
Timbang
BB anak setiap hari dan pantau asupan serta haluaran dengan cermat.
|
Pemantauan
BB, asupan dan haluaran setiap hari menentukan status nutrisi anak.
|
Jelaskan
pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
|
Menambah
pengetahuan kepada orang tua klien pentingnya nutrisi untuk kesehatan anak.
|
- Ketidakpatuhan b.d pengobatan dalam jangka waktu lama
Hasil yang diharapkan: Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang tua dan anak, tentang TB dan
hal ketidakpahaman
|
Pengkajian
membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan untuk belajar agar
dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang
|
Ajarkan
orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dengan tuntas, dan
yakinkan tentang pendidikan yang diperlukan
|
Pendidikan
dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan informasi perlunya
mengikuti program pengobatan dengan tuntas
|
Identifikasi
alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jika
diperlukan
|
Hal
ini akan menurunkan resiko pengabaian dosis yang dilakukan anak selama
pengobatan
|
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : EGC
Muttaqien, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Suyono. (2004). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar