Minggu, 21 Mei 2017

LAPORAN PENDAHULUAN DBD PADA ANAK

KONSEP DASAR

1. Pengertian

Demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi, 2006 : 57). Menurut (Nelson, 2000, Vol 2 : 1134) Demam berdarah adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostaksis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. Sedangkan menurut (Rasyid, 2012 : 3) Demam berdarah dengue (DBD), adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan  di kulit, pembesaran kelenjar getah bening, penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh jaringan tubuh. Kesimpulan dari uraian diatas, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan ditandai dengan demam yang disertai menifestasi perdarahan dan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. 

2. Etiologi

Menurut Suriadi (2006 : 57) demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh Virus dengue sejenis arbovirus. Arbovirus adalah kependekan dari Arthropod Borne Virus, merupakan golongan virus penyebab penyakit yang ditularkan oleh vektor/binatang kelompok Arthropoda antara lain nyamuk.

3. Patofisiologi

Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis, trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
Saat virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah yang menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke pusat vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan suhu tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan tidak nyaman. Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan), sedangkan dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau anoreksia sehingga intake nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya tahan tubuh dan beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan kondisi tubuh dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
 Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan dapat terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu hemokonsentrasi, hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian hipovolemia yang terjadi dapat menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi arteri sehingga kulit menjadi panas dan terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh yang berujung pada deficit volume cairan tubuh.
Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi akan memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap perdarahan lebih lanjut sehingga vaskositas darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan suplai O2 dalam zat makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan penumpukan asam laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.
pathway dbd

4. Klasifikasi demam berdarah dengue

Menurut Suriadi, (2006 : 60) klasifikasi demam berdarah dengue adalah :
  • Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdahan spontan, uju turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi
  • Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
  • Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah
  • Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur
    .

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari demam berdarah menurut Suriadi (2006 : 59) :
  1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
  2. Perdarahan terutama pada bawah kulit (petechia)
  3. Epistaksis, melena, hematuri, dan hematemesis
  4. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan konstipasi
  5. Nyeri otot dan tulang sendi, nyeri abdomen dan ulu hati
  6. Sakit kepala
  7. Pembengkakan sekitar mata
  8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
  9. Tanda-tanda rejantan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, CRT >3 detik, serta nadi cepat dan lemah) 

6. Komplikasi

Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :
  • Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.
  • Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock Syndrome).
  • Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
  • Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat ke dalam otak.

7. Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut Suriadi (2006 :59) adalah sebagai berikut :
  • Darah lengkap
  1. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih)
  2. Trombositopenia (trombosit 100.000/mm³ atau kurang)
  • Serologi atau Uji HI (Hemoaglutination Inhibition test) 
  • Rontgen Thoraks apakah terdapat efusi pleura

8. Penatalaksanaan umum (medik dan keperawatan)

Penatalaksanaan pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut Suriadi, (2006 :60) adalah sebagai berikut :

  • Penatalaksanaan medik

  1. Pemberian Antipiretik jika terdapat demam
  2. Berikan antikoavulsan jika kejang
  3. Pemberian terapi IVFD, jika pasien mengalami kesulitan minum dan hematokrit cenderung meningkat

  • Penatalaksanaan keperawatan

  1. Minum banyak 1,5 sampai 2 L/hari dengan air teh, gula, atau susu,Hal ini karena pasien dengan DBD beresiko tinggi mengalami kekurangan volume cairan berlebih. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
  2. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat,Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, CRT)
  3. Memberikan nutrisi secara adekuat.Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
  4. Mensupport koping keluarga yang adaptif.Ijinkan orangtua dan keluarga untuk memberikan respons secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
  5. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.Ukur tanda-tanda vital : suhu dan ajarkan keluarga dalam mengukur suhu tubuh. Suhu tubuh normal 360C sampai 370C 

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan DBD menurut Suriadi, (2006 : 59) yaitu :

  • Mengkaji riwayat keperawatan

  1. Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

  • Pemeriksaan fisik

  1. Peningkatan suhu tubuh
  2. Kaji tanda-tanda perdarahan
  3. Mual-muntah
  4. Anoreksia
  5. Nyeri ulu hati
  6. Nyeri otot dan sendi
  7. Tanda-tanda rejatan seperti denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan

  1. Hipertermia b.d proses inflamasi 
  2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
  3. Kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan diaphoresis
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
  5. Resiko terjadi perdarahan berulang b.d tromobositopenia
  6. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler 

3. Rencana Keperawatan


  • Hipertermia b.d proses inflamasi



Tujuan : Anak menunjukkan temperatur tubuh dalam batas normal

Intervensi

  1. Pantau TTV klien
  2. Observasi suhu
  3. Kaji saat timbul demam
  4. Anjurkan keluarga untuk kompres hangat klien
  5. Berikan antipiretik
  6. Ajarkan pada orang tua cara mengukur suhu tubuh anak

Rasional

  1. Membantu mengetahui keadaan klien
  2. Mengetahui tingkat suhu tubuh klien
  3. Membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya
  4. Kompres berguna untuk mengeluarkan panas dalam tubuh
  5. Terapi yang adekuat dapat menurunkan demam
  6. Agar orang tua dapat memonitor suhu anak secara mandiri


  •  Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan


Tujuan : Agar tidak terjadi perdarahan terutama pada bawah kulit

Intervensi
  1. Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, dan CRT)
  2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban, dan warna)
  3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas sepert dingin, nyeri, pembengkakan kaki
  4. Pantau frekuensi irama jantung, perhatikan distritmia
  5. Perhatikan kualitas atau kekuatan dari denyut perifer
  6. Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu, kelembaban
  7. Kolaborasi :Berikan cairan parental (rujuk pada DK : kekurangan volume cairan)
Rasional
  1. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah rendah, nadi lemah, frekuensi cepat, dan CRT >3 detik dapat menunjukkan terjadinya perdarahan
  2. Suhu rendah, kulit kering, dan warna sianosis menunjukkan terjadinya perubahan perfusi jaringan perifer yang tidak adekuat
  3. Kematian jaringan dapat diketahui dengan pemeriksaan pada jaringan seperti suhu, ada nyeri atau tidak, serta adakah pembengkakan pada kaki atau ekstremitas lain
  4. Bila terjadi takikardia mengacu pada stimulasi sistem sekunder, sistem saraf simpatis untuk menekankan respons dan untuk menggantikan kerusakan pada hipovolemia dan hipertensi
  5. Nadi dapat menjdai lemah atau lambat karena hipotensi terus menerus, penurunan curah jantung
  6. Mekanisme kompensasi dari pasodilatasi menyebabkan kulit hangat, merah muda kering
  7. Untuk mempertahankan perfusi jaringan sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi

  • Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan diaphoresis

Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan yang ditandai dengan : Turgor kulit elastis dan membran mukosa lembab

Intervensi

  1. Observasi kesadaran, suhu, nadi, TD, penatalaksanaan
  2. Kaji tanda dan gejala yang kurang volume cairan (selaput mukosa kering, haus, produksi urine menurun)
  3. Monitor dan catat cairan masuk dan keluar
  4. Jelaskan pada klien/ keluarga upaya untuk menambah volume cairan 
  5. Beri minum yang cukup dan jelaskan dengan cairan infuse
  6. Kolaborasi : pemberian cairan perantal (RL/asering)
Rasional
  1. Mengetahui keadaan umum klien
  2. Mengetahui seberapa banyak volume cairan yang dibutuhkan
  3. Agar dapat mengetahui seberapa jauh dari cairan yang kurang atau keluar
  4. Untuk mempertahankan kesimbangan cairan
  5. Agar cairan dapat terpenuhi
  6. Untuk mempertahankan cairan yang ada didalam tubuh

  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia

Tujuan  : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat

Intervensi
  1. Timbang BB sesuai kebutuhan
  2. Identifikasi makanan yang disukai pasien
  3. Pertahankan kebersihan mulut klien
  4. Anjurkan keluarga untuk makan bersama
  5. Anurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tekhnik kecil tapi sering
  6. Kolaborasi :Pemberian suplemen vitamin, antiemetic nutrisi parental
Rasional
  1. Indikator kebutuhan nutrisi atau pemasukan yanga adekuat
  2. Untuk mengidentifikasi makanan yang disukai klien
  3. Kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan
  4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien keluarga itu sangat diperlukan
  5. Dengan makan sedikit tapi sering dapat memenuhi kebutuhan  nutrisi
  6. Membantu dalam pemenuhan nutrisi pada klien dan mempertahankannya

  • Resiko terjadi perdarahan berulang b.d trombositopenia

Tujuan  : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut dan jumlah 

Intervensi
  1. Observasi suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan kesadaran 
  2. Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar
  3. Perhatikan keluhan pusing, lemah dan nyeri perut
  4. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
  5. Monitor trombosit setiap hari
  6. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
  7. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, dan epistaksis
  8. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5 sampai 10 menit setiap selesai ambil darah
  9. Berikan infus RL/asering
  10. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional
  1. Mengetahui seberapa jauh perdarahan yang muncul
  2. Menanggulangi resiko perdarahan terulang kembali
  3. Mengetahui seberapa jauh syok yang diderita klien
  4. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti : petiki, epistaksis
  5. Dengan trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien
  6. Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
  7. Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan
  8. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
  9. Menanggulangi terjadinya syok kembali
  10. Pemberian obat seperti antibiotik dapat mengurangi terjadinya perdarahan berulang

  • Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Intervensi
  1. Monitor keadaan umum pasien
  2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
  3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
  4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
  5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional
  1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
  2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
  3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan
  4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
  5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

  • Hidayat, Aziz Alimul.(2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
  • Nelson. (2000).ilmu kesehatan anak.edisi 15 vol 2 Jakarta: EGC
  • Rasyid. (2012). Demam Berdarah. diakses pada tanggal 3 Juli 2013 dalam web ttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/01/20/demam-berdarah-haruskah-kita-kembali-menjadi-nomor-satu-di-asean/
  • Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika
  • Suriadi. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto
  • Wong, D.L. (2004). Keperawatan Pediatric, (Edisi 4) Jakarta, EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar