Selasa, 13 Juni 2017

Laporan Pendahuluan Anemia

Landasan Teori

1. Pengertian 

Anemia menurut Tarwoto (2008 : 31) adalah kondisi dimana bekuranganya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak memenuhi fungsinya sebagai pemabawa oksigen keseluruh jaringan.

Anemia menurut Nursalam (2005-124) Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam setiap milimeter kubik darah.
Anemia menurut Donna L. Wong (2008 : 536) adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.


2. Klasifikasi Klinis

Menurut nursalam (2005 : 125-127) adalah:

  • Anemia yang megaloblastik

Kekurangan dari vitamin B12 dan asam folic (atau kedua-duanya) tidak cukup atau penyerapan yang tidak cukup

  • Anemia pernisiosa

Suatu kondisi autoimune yang melawan sel parietal dari perut. Sel pariental menghasilkan faktor intrisik, yang diperlukan dalam menyerap Vitamin B12 dari makanan.

  • Anemia pascaperdarahan terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang masif (perdarahan terus menerus dan dalam umlah banyak), seperti pada kecelakaan, oprasi,dan persalinan perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun.     
  • Anemia hemolitik Anemi yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek atau prematur.  Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari.
  • Anemia aplastik anemia yang di tandai dengan penurunan jumlah semua sel darah, darah tepi dan menurunnya seluralitas sum-sum tulang.
  • Anemia sickle cell anemia yang terjadi karena sintesa HB abnormal dan mudah rusak, serta merupakan penyakit keturunan 

3. Etiologi 

Menurut Ngastiyah (1997 : 358) dan Arief Mansjoer (1999 : 234) penyebabnya anemia dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Anemia pasca perdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masiv seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan yang menahun seperti penyakit cacingan.
b. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah
c. Anemia hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :

  • Faktor intrasel 

Misalnya talasemia, hemoglobinopatia (talasemia HbE, Sickle sell anemia) sferositas kongenital, defiensi enzim eritrosit (piruvat, kinase glutation reduktase)

  • Faktor ekstrasel 

Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatifilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada tranfusi darah)

d. Anemia aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sum-sum tulang (kerusakan sum-sum tulang)


4. Tanda dan Gejala

Menurut Ngastiyah (1997 : 358) dan Price (1999 : 587) tanda dan gejala anemia antara lain :

  1. Tampak pucat terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku. 
  2. Tachikardi 
  3. Pusing 
  4. Kelemahan 
  5. Diaforesis 
  6. Gelisah 
  7. Sesak nafas 
  8. Nafas pendek 
  9. Cepat lelah waktu melakukan aktivitas 
  10. Anoreksia 
  11. Nausea 
  12. Konstipasi atau diare 
  13. Hb rendah pada pemeriksaan laboratorium 

5.    Patofisiologi

Pathway Anemia

Penjelasan dari patofisiologi diatas adalah dari penyebab-penyebab penyakit anemia bisa menurunkan jumlah kadar hemoglobin dalam tubuh, sehingga akan terjadi menurunnya suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan. Menurunnya suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan mengakibatkan kerusakan pada jaringan yang akan menyebabkan proses metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga mengakibatkan menurunnya energi yang dapat menyebabkan kelemahan dalam aktivitas dan menurunnya devisit perawatan pada tubuh. 


6. Komplikasi

Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2013 : 137).
  1. Perkembangan otot buruk 
  2. Daya konsenrasi menurun
  3. Hasil uji perkembangan menurun
  4. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
  5. Sepsis
  6. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi-silang menyebabkan perdarahan yang tidak terkendali
  7. Cangkokan vs  penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sum-sum tulang)
  8. Kegagalan cangkok sum-sum
  9. Leukimia meilogen akut berhubungan dengan anemia fanconi


7. Penatalaksanaan 

  • Penatalaksanaan keperawatan
  1. Penanganan nyeri
  2. Monitor adanya perdarahan dan pansitopenia (menurunnya sel darah merah, lekosit, dan trombosit)
  3. Pendidikan kesehatan untuk mencegah infeksi 
  • Penatalaksanaan medis :
  1. Pasang jalur intravena Nacl 0,9% atau RL
  2. Pemberian suplemen asam folat(Wijaya & Putri, 2013 : 135).

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian 

  • Aktivitas/istirahat
Gejala : Cepat lelah, kelelahan dalam melakukan aktivitas.

  • Sirkulasi
Gejala : Takikardi, pucat pada kuku, pucat pada telapak tangan, peningkatan curah jantung, penuruna Hb, hipovolemia, hipolsemia.


  • Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (gelisah, marah, perilaku menyerang)

  • Eliminasi
Gejala : Penurunan produksi urine, 

  • Makanan/cairan
Gejala : Penurunan intake nutrisi, Anoreksia, nausea. 
Tanda : Sariawan lidah dan mulut

  • Neorosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajaman, gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (disorientasi, konsentrasi, memori). Perubahan pupil, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon tidak ada atau lemah, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

  • Nyeri/kenyamanan
Gejala : Pusing, sakit kepala
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih

  • Pernafasan
Tanda : Dipsnea, napas pendek dan cepat lelah.

  • Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, kulit laserasi, agrafi, perubahan warna, tanda trauma di sekitar hidung, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralysis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

  • Interaksi sosial
Gejala : Kurang kontak mata, kesulitan koping dengan stresor yang ada.

2. Diagnosa keperawatan 

Diagnosa keperawatan pada Anemia menurut Donna L Wong, (2004: 536 – 538) adalah :

  • Ansietas/ takut berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi
Hasil yang diharapkan :

  1. Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal. 
  2. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang gangguan, tes diagnostik, dan pengobatan.
Intervensi keperawatan/Rasional: 
1) Siapkan anak untuk menghilangkan ansietas/takut.
R/Untuk menghilangkan ansietas/rasa takut. 
2) Tetap bersama anak selama tes dan memulai transfusi.
R/Untuk memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan komplikasi. 
3) Jelaskan tujuan pemberian komponen darah.
R/untuk meningkatkan pemahaman terhadap gangguan, tes diagnostik dan pengobatan.

  • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
Hasil yang diharapkan : 

  1. Anak bermain dan istirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan. 
  2. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas fisik/keletihan
  3. Pasien bernafas dengan mudah; frekuensi dan kedalam pernafasan normal
  4. Anak tetap tenang 
  5. Anak menerima aliran elemen darah yang tepat tanpa masalah 
Intervensi keperawatan/Rasional: 
1) Observasi adanya tanda kerja fisik (tachikardi, palpitasi, dispneu, nafas pendek, sesak nafas, pusing, kunang-kunang, berkeringat, dan perubahan warna kulit) dan keletihan (lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang, tidak dapat mentoleransi aktifitas tambahan).
R/ Untuk merencanakan istirahat yang tepat.
2) Antisipasi dan bantu dalam aktifitas kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas toleransi anak.
R/Untuk mencegah kelelahan
3) Beri aktifitas bermain pengalihan.
R/Untuk meningkatkan istirahat dan tenang tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri.
4) Pilih teman sekamar sesuai dengan usia dan dengan minat yang sama yang memerlukan aktifitas terbatas.
R/Untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
5) Rencanakan aktifitas keperawatan untuk memberikan aktifitas yang cukup.
R/Untuk memberikan istirahat yang cukup.
6) Pertahankan posisi fowler tinggi.
R/untuk pertukaran udara yang optimal. 
7) Beri oksigen suplemen.
R/untuk meningkatkan oksigen ke jaringan
8) Ukur tanda vital selama periode istirahat.
R/Untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama periode aktifitas.
9) Dorong orang tua untuk tetap bersama anak. Untuk meminimlkan stres karena perpisahan. 
10) Berikan tindakan kenyamanan (misal: dot, menimang, musik).
R/untuk meminimalkan stres.
11) Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan.
R/Untuk meminimalkan ansietas/rasa takut.

  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan besi yang dilaporkan (kurang dari RDA; kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi)
Hasil yang diharapkan : 

  1. Anak sediktnya mendapatkan kebutuhan besi minimum harian
  2. Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang berwarna hijau
  3. Anak meminum obat dengan tepat
Intervensi keperawatan/Rasional: 
1) Berikan konseling diit pada pemberi perawatan.
R/Untuk memastikan anak mendapat suplai besi yang adekuat.
2) Beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan.
R/Karena terlalu banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan padat yang mengandung besi.
3) Ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi dalam diit untuk mendorong kepatuhan.
R/Untuk mendorong kepatuhan.
4) Berikan preparat besi sesuai dengan ketentuan.
R/Untuk memastikan anak mendapat suplai besi yang adekuat.
5) Instuksikan keluarga mengenai pemberian preparat besi oral yang tepat.
R/Untuk memastikan anak mendapat suplai besi yang adekuat.
6) Berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan.
R/ Untuk merangsang pembentukan sel darah.


  • Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan ketidakmampuan ginjal memekatkan urine 
Hasil yang diharapkan

  1. Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai oleh haluaran urine 1 - 2 ml/kg/jam
  2. Membran mukosa lembab
  3. Rasa haus berkurang
  4. Berat badan stabil
  5. Kadar elektrolit serum sesuai dengan usia
Intervensi keperawatan/Rasional: 
1) Anjurkan anak untuk minum air putih setiap 2 jam sampai mencapai jumlah total harian sampai 150 ml/kg berat badan.
R/Untuk mengurangi kekurangan cairan.
2) Pantau asupan dan haluaran cairan anak dengan cermat, termasuk pemberian cairan intravena.  R/Untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
3) Timbang berat badan anak setiap hari.
R/ Untuk mengetahui perubahan BB/hari
4) Pantau nilai laboratorium untuk kadar pH, Hematokrit, Hemaglobin dan tekanan karbondioksida parsial.
R/ Untuk mengetahui tingkat perkembangan penyakit.
5) Pastikan bahwa anak tidak mengenakan pakaian yang terlalu hangat.
R/ Untuk mencegah terjadi pengeluaran keringat.

  • Devisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah
Hasil yang diharapkan 

  1. Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah
Intervensi keperawatan/Rasional: 
1) Ajarkan orang tua tanda serta gejala krisis yang berkembang, termasuk anoreksia, nyeri sendi, demam dan muntah.
R/ Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga.
2) Ajarkan orang tua pentingnya menerapkan langkah berikut:

  1. Mempertahankan hidrasi yang adekuat
  2. Mencegah infeksi dengan mengisolasi anak dari sumber-sumber infeksi yang diketahui
  3. Memberi obat antibiotik sesuai program
R/Untuk mempercepat kesembuhan klien di rumah.

KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP DASAR KELUARGA

1. Definisi Keluarga 

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Murwani,2007 : 1).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung dalam hubungan perkawinan, darah atau adopsi, dan hidup dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam peranya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Baylon & Magalaya 1978 dalam Achyar,2010 :2).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat, dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Achyar,2010: 2).

2. Ciri- Ciri Keluarga 

Ciri-ciri keluarga menurut Padila (2012 : 37-38) adalah :

  1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
  2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
  3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk perhitungan garis keturunan
  4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk loleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak
  5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama di rumah atau rumah tangga


3. Tipe Keluarga

Menurut Andarmoyo (2012 : 6-9) keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan, sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Tradisional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah diterapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

  • Extended family

Adalah keluarga inti ditambahi dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan lain sebagainya.

  • Reconstituded Nuclear

Pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami istri yang tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan yang baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

  • Niddle age / aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah / kedua-duanya bekerja di rumah anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.

  • Dyadic nuclear

Suami istri yang suda berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja di luar rumah.

  • Single parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

  • Dual carrier

Suami istri keduanya karier tanpa adanya seorang anak.

  • Commuter married

Suami/istri keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

  • Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

  • Unmarried parent and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya adopsi.

  • Cohibing couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Padila (2012: 33-36) yaitu :

  • Fungsi afektf :

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.

  • Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga  merupakan tempat dimana individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

  • Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumberdaya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua (single parent).

  • Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaiana dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera)

  • Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan selain menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional.

5. Tahap dan Tugas Pekembangan Keluarga 

Tahap dan Tugas Pekembangan Keluarga  menurut Achyar (2010 : 6-8) adalah :

  • Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Yaitu membentuk keluarga muda sebagai unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membin hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orangtua.

  • Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)

Yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua, kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

  • Tahap III, keluarga dengan usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakian beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

  • Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Yaitu mensosialisasikan anak termasuk menigkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

  • Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Yaitu menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembalihubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

  • Tahap VI keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terkahir yang meninggalkan rumah

Yaitu mmeperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru yang dapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan, membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun isteri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah meninggalkan anak.

  • Tahap VII, orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)

Yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orangtua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.

  • Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Yaiu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankanaa ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka. Saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu seperti berolahraga berkebun, mengasuh cucu.

6. Konsep keperawatan kesehatan keluarga

a. Pengertian keperawatan kesehatan keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh perawat profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar praktik keperawatan dengan berlandaskan pada etik dan etika keperawatan dengan berlandaskan pada etik dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Dion, 2013 : 46).
b. Tujuan perawatan kesehatan keluarga
Tujuan perawatan kesehatan keluarga menurut Dion (2013 : 59 – 60) :

  1. Meningkatkan  kemampuan  keluarga  dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga .
  2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggota keluarga.
  3. Meningkatkan kemampuan keluarga menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
  4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota  keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan keluarganya.
  5. Meningkatkan produktivitas keluarga dalm meningkatkan mutu hidupnya.

c. Tugas keluarga
Dalam Sudiharto, 2007 : 29, Friedman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan keluarga yaitu :

  1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
  2. Mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat.
  3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
  4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
  5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan keluarga (KMK) dalam menjalankan tugasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan keluarga (KMK) dalam menjalankan tugasnya menurut Sudiharto (2007 : 40-41) :

1) KMK mengenal masalah kesehatan

  • Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta 
  • Rasa takut akibat masalah yang diketahui 
  • Sikap dan falsafah hidup 

2) KMK mengambil keputusan

  • Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah 
  • Masalah kesehatan tidak menonjol
  • Kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga. 
  • Tidak sanggup memilih tindakan diatara beberapa pilihan. 
  • Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga. 
  • Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada. 
  • Takut dari akibat tindakan. 
  • Sikap negatif terhadap masalah kesehatan  
  • Fasilitas kesehatan tidak terjangkau 
  • Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan. 
  • Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan. 

3) KMK merawat anggota yang sakit

  • Tidak mengetahui tentang penyakit 
  • Tidak mengetahui perkembangan perawatan yang di dahulukan. 
  • Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. 
  • Tidak adanya sumber daya keluarga. 
  • Sikap negatif terhadap yang sakit 
  • Konflik individu dalam keluarga. 
  • Sikap dan pandangan hidup. 
  • Perilaku yang mementingkan diri sendiri.

4) KMK memodifikasi lingkungan

  • Sumber-sumber keluarga tidak cukup. 
  • Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingungan rumah. 
  • Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan. 
  • Konflik personal dalam keluarga. 
  • Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit. 
  • Sikap dan pandangan hidup. 
  • Ketidak kompakan keluarga. 

5) KMK memanfaatkan pelayanan kesehatan.

  • Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada. 
  • Tidak memahami keuntungan yang diperoleh. 
  • Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan. 
  • Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan. 
  • Rasa takut pada akibat dari tindakan. 
  • Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan. 
  • Tidak ada fasilitas yang di perlukan. 
  • Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat. 
  • Sikap dan falsafah hidup.

7. Peran Perawat 

Peran perawat menurut Dion (2013 : 48-49) :

  • Pengenalan kesehatan

Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan keluarga.

  • Memberikan layanan askep kepada anggota keluarga yang sakit

Seringkali kontak pertama kali dengan keluarga dimulai dengan adanya anggota keluarga yang sakit baik melalui penemuan langsung maupun rujukan

  • Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan pelayanan kesehatan keluarga baik secara berkelompok maupun individu. 

Berperan dalam mengkordinir pelayanan kesehatan baik keluarga secara berkelompok maupun individu

  • Fasilitator

Perawat bekerja untuk menjadikan menjadikan pelayanan  kesehatan itu mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan keluarnya


  • Pendidikan kesehatan

Perawat dilihat sebagai pihak yang dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan untuk merubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

  • Penyuluh dan konsultan

Perawat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga

Selasa, 06 Juni 2017

Anatomi Jantung

1. Pengertian


  • Jantung

Jantung adalah organ berongga, berotot, beratnya sekitar 300 gram, bagian atas yang tumpul adalah basis kordis, dan bagian bawah yang runcing adalah apeks kordis, apeksnya terletak di intrakosta ke-V dan VI 2 jari dibawah papilla mammae. (Smeltzer, 2002 : 720)

  • Ruang Jantung

  1. Atrium dekstra
  2. Ventrikel dekstra
  3. Atrium sinistra
  4. Ventrikel sinistra
(Price, 2005 : 518)

  • Lapisan-lapisan Jantung

  1. Epikardium: Lapisan terluar yaitu kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung.
  2. Miokardium: Lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung.
  3. Endokardium: Melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katub pada kedua sisinya.

  • Katub-Katub Jantung

  1. Katub atrioventrikularis.Mitral atau bikuspidalis:Memisahkan antrium dan ventrikel kiri.Trikuspidalis:Memisahkan antrium dan ventrikel kanan
  2. Katub semilunaris.Aorta :Katub antara ventrikel kiri dan aorta.Pulmonalis:Katub antara ventrikel kanan dan arteripulmonalis
(Price, 2005 : 518)

2. Fisiologi Jantung

Sistem Kardiovaskuler menurut Syaifudin, (2006 : 122 - 131) meliputi :

  • Siklus Jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstrisi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Lama konstriksi ventrikel ± 0,3 detik dan tahap pengendoran selama ± 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah. 


  • Bunyi jantung

Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katub-katub yang menutup. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katub atrio ventrikuler, dan bunyi kedua karena menutupnya katup aorta dan arteri pulmonar setelah konstriksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang, yang kedua pendek dan tajam. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih keras, tetapi bila arus darah cepat atau kalau ada kelainan pada katub maka terdapat bunyi bising.
1) Bunyi jantung fisiologis

  • Lup
Penutupan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) secara bersamaan.

  • S2 : Dup
Penutupan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) secara bersamaan.
2) Bunyi jantung patologis
Masing-masing katup tidak menutup dengan serentak sehingga menghasilkan S3 dan S4.

  • Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan ventrikel kiri terhadap dinding anterior yang terjadi selama konstriksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum. 

  • Sistem Hantaran Jantung
Sel-sel otot jantung mempunyai kerja ritmik inheren (ritmisitas), yang dapat digambarkan dengan adanya kenyataan bahwa bila satu bagian miokardium diambil, maka jantung akan tetap terkontraksi secara ritmis jika tetap dijaga dalam kondisi yang memadai. Tetapi, antrium dan ventrikel harus berkontraksi secara berurutan agar aliraan darah dapat efektif. Kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel kusus dalam sistem hantaran secara metodis membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik ke sel-sel miokardium

  • Sifat Otot Jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak bergantung pada sistem saraf. Kondumtivitas (daya hantar) konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung pada rangsangan saraf. 



  • Denyut Arteri

Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompakan keluar jantung. Denyut nadi ini dapat diraba pada arteri radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.

  • Curah jantung

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu satuan waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal sekitar
5 L/menit namun sangat bervariasi, tergantung kebutuhan metabolisme tubuh. Curah jantung (CO) sebanding dengan volume sekuncup (SV) kali frekuensi jantung (HR).
CO = SV x HR

  • Daya Pompa Jantung

Dalam keadaan istirahat jantung berdebar 70 x/menit. Pada waktu banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 x/menit dengan daya pompa 20 – 25 liter/menit.
Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan dari vena ke jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.   
g. Sistem peredaran darah menurut Smeltzer, (2001 : 518) yaitu :
1. Vena kava superior dan Vena kava inferior mengalirkan darah yang datang dari seluruh tubuh ke atrium dekstra.
2. Arteri pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru (pulmo), antara ventrikel dekstra dan arteri pulmonalis terdapat katup seminularis pulmonalis.
3. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium sinistra.
4. Aorta membawa darah dari ventrikel sinistra keseluruh tubuh, pada batas antara ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup seminularis aorta.

daftar pustaka

Naga, Sholeh. (2012). Ilmu Penyakit Dalam.Yogyakarta: Difa Press
Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Price Sylvia. A. Volume 1 (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (edisi 6). Jakarta: EGC 
Smeltzer, Suzane C. & Bare, Brenda G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2002). Anatomi Fisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Jumat, 02 Juni 2017

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL JANTUNG

Konsep Dasar Penyakit 

1. Pengertian 

Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2002: 805)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana serambi kanan atau kiri jantung yang mengalami kegagalan sehingga jantung tidak mempunyai kemampuan
untuk memberikan keluaran yang cukup dalam memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik.
(Doenges E. Marlynn, 2002 : 52)

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. (Ruhyanuddin, 2006: 80).
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan oksigen jaringan. (Nugroho, Taufan, 2011 : 269)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ke jaringan (I wayan Sudarta,2013:64)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan untuk kemampuanya ada hanya kalau di sertai peninggian tekanan ventrikel kiri (sujono riadi,2011)

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.

2. Etiologi 

Etiologi gagal jantung menurut Smeltzer (2002: 806) adalah:

  1. Kelainan otot jantung
  2. Aterosklerosis koroner
  3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
  4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
  5. Penyakit jantung lain
  6. Faktor sistemik

3. Klasifikasi 

Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
Kelas :

  1.  Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar aabila melakukan kegiatan biasa.
  2. Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Tidak mengeluh apa-apa pada waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau nyeri dada.
  3. Penderita penyakit dengan bayak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan baiasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut diatas.
  4. Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

4. Patofisiologi 

Mekanisme yang mendasari gagal jantung diakibatkan dari kelelahan miokard akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel menurun sehingga terjadi peningkatan volume residu ventrikel. Dari peningkatan volume residu ventrikel akan menyebabkan hipertropi miocard dan menjadi penurunan kontraksi mengakibatkan penurunan curah jantung, efek ke depan menimbulkan oliguria dan kelemahan ketidak mampuan atrium kanan memompakan darah ke paru - paru sehingga terjadi intoleransi aktivitas. Efek ke belakang akan terjadi edema paru karena ketidak mampuan ventrikel kiri memompakan darah keseluruh tubuh menyebabkan darah kembali ke paru - paru menimbulkan peningkatan pernafasan dypsnea dan ortopneu mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan pola nafas tidak efektif. Dari peningkatan volume residu ventrikel akan mengalami peningkatan kebutuhan O2 untuk kompensasi sehingga mengakibatkan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan O2 miocard dan terjadi injury iskemik dan infark. Dari peningkatan volume residu ventrikel juga menyebabkan dilatasi ventrikel yang dimana bisa menyebabkan total pertahanan sistem perifer meningkat sehingga mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh  tekanan artiole ( peningkatan afterload), akan menyebabkan gagal jantung.
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup yaitu jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor : preload, kontraktilitas dan afterlod. 
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. (Smeltzer, 2002: 634)
Pathway gagal jantung

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi gagal jantung menurut Ruhyanudin (2006 : 84) diantaranya yaitu :
  • Manifestasi klinis gagal jantung kiri yaitu ketidak mampuan fentrikel kiri memompakan darah keseluruh tubuh sehingga darah kembali lagi ke paru-paru.
Tanda dan gejalanya yaitu :
  1. Dispnea (sesak nafas)
  2. Fatique (kelelahan)
  3. Orthopnea (kesulitan bernafas dalam posisi tidur terlentang)
  4. Dispnea nocturnal paroksimal (sesak pada malam hari)
  5. Kardiomegali (pembesaran jantung)
  6. Gallop ritme
  7. Bunyi jantung tambahan S3/S4 
  8. Pernafasan yang makin lama makin dalam dan kemudian makin lama makin dangkal lalu berhenti sejenak bergantian secara teratur.
  9. Tachycardia (frekuensi denyut jantung yang berlebihan)
  10. Ronchi
  11. Batuk kering atau disertai sputum
  12. Kegelisahan dan kecemasan 

  • Manifestasi klinis gagal jantung kanan yaitu ketidak mampuan atrium kanan memompakan darah ke paru – paru sehingga darah kembali lagi ke jantung.
Tanda dan gejalanya yaitu :

  1. Fatique (kelelahan)
  2. Edema (penimbunan cairan secara berlebihan di dalam jaringan tubuh)
  3. Anoreksia (hilangnya nafsu makan)
  4. Kembung
  5. Gallop ritme atrium kanan
  6. Murmur
  7. Peningkatan tekanan vena jugularis
  8. Asites (pengumpulan cairan di rongga perut)
  9. Hepatomegali (pembesaran pada hati)

  • Manifestasi gagal jantung kongestif (kanan dan kiri) yaitu ketidak mampuan atrium kanan untuk memompakan darah ke paru – paru dan ketidak mampuan ventrikel kiri untuk memompakn darah ke seluruh tubuh.

Tanda dan gejalanya yaitu :

  1. Dispnea (sesak nafas)
  2. Fatique (kelelahan)
  3. Orthopnoe (kesulitan bernafas dalam posisi tidur terlentang)
  4. Dispnoe nocturnal paroksimal (sesak pada malam hari)
  5. Kardiomegali (pembesaran jantung)
  6. Gallop ritme
  7. Bunyi jantung tambahan S3/S4 
  8. Pernafasan chines stoke (pernafasan yang makin lama makin dalam dan kemudian makin lama makin dangkal lalu berhenti sejenak bergantian secara teratur)
  9. Tachycardia (frekuensi denyut jantung yang berlebihan)
  10. Ronchi
  11. Batuk kering atau disertai sputum
  12. Kegelisahan dan kecemasan 
  13. Edema (penimbunan cairan secara berlebihan di dalam jaringan tubuh)
  14. Anoreksia (hilangnya nafsu makan)
  15. Kembung
  16. Murmur
  17. Peningkatan tekanan vena jugularis
  18. Asites (pengumpulan cairan di rongga perut)
  19. Hepatomegali (pembesaran pada hati)

6. Komplikasi 

Komplikasi gagal jantung menurut Smeltzer (2002 : 816) meliputi :

  1. Syok kardiogenik : Kegagalan  peredaran darah yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah
  2. Episode tromboemboli : Sumbatan lain yang dibawa oleh darah sampai pembuluh darah yang kecil
  3. Efusi dan tamponade pericardium: masuknya cairan ke dalam bagian tubuh dan sumbatan curahan darah ke dalam kandung jantung

7. Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostik menurut Doenges (2002 : 54) diantaranya yaitu :

  • Electro kardiografi : hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya  takikardi, fibrilasi atrial, mungkin sering terdapat kongesti vaskular pulmonal. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokardia menunjukkan adanya anurisme ventrikuler. 
  • Sonogram :Dapat menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikuler 

  • Scan jantung: tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding
  • Kateterisasi jantung; tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup insufisiensi. Potensi arteri koroner menunjukkan adanya abnormal ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
  • Rontgen dada: dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan  dilatasi/hipertropi  bilik  atau  perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal dan adanya bendungan cairan di paru.
  • Enzim hepar : meningkatnya gagal/kongesti hepar.
  • Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal.
  • Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestik.
  • Blood ureum nitrogen : peningkatan blood ureum nitrogen menandakan penurunan perfusi ginjal.
  • Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.

8. Penatalaksanaan 

Penatalaksaan penderita gagal jantung menurut Smeltzer (2002 : 811) meliputi :

  • Penatalaksanaan bagi pasien dengan gagal jantung adalah

  1. Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung 
  2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologi 
  3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik dan istirahat. 
  4. Terapi farmakologi 
a) Digitalis : meningkatkan gangguan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung  
b) Terapi  vasodilator: obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung.
c) Dukungan diet (pembatasan natrium). 

  • Penatalaksanaan pada klien dengan gagal jantung ditujukan untuk:
1) Memperbaiki kontraktilitas jantung dengan menghambat produksi angiotesin II dan menurunkan tekanan darah
2) Mengobati gejala dengan pemberian:

  • Diuretik (mengurangi kelebihan cairan)
  • Digitalis (meningkatkan Ca2+)
  • Nitrat (meningkatkan kapasitas vena, menurunkan venous return  menurunkan preload)
3) Menurunkan beban jantung dengan:

  • Pembatasan aktivitas:Bedrest total pada 12 jam pertama jika hemodinamik stabil dan bebas sakit kepala.
  • Menghindari valsava dengan pencahar terutama untuk usia < 45 tahun
  • Pemberian diet rendah garam
4) Meningkatkan oksigen

  • Pemberian oksigen
  • Menurunkan konsumsi oksigen dengan bedrest

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 

1. Data dasar pengkajian pasien  


  • Aktivitas istirahat


Gejala : Keletihan atau kelelahan sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda   : Gelisah, perubahan status mental, tanda vital berubah pada aktivitas.

  • Sirkulasi


Gejala : Riwayat hipertensi, infark miokard akut,                                               episode gagal jantung kongestif takikardia.
Tanda : Disritmia, nadi perifer berkurang, warna kulit pucat, bunyi napas krekel atau ronchi, edema ekstrimitas.

  • Integritas Ego


Gejala : Ansietas, kuatir, takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan /biaya perawatan medis).
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis, ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung.

  • Eliminasi


Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/ konstipasi.
Tanda : -


  • Makanan/Cairan :


Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan kafein, penggunaan diuretik.
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen asites; edema (umum, dependen, tekanan pitting).

  • Higiene  


Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal

  • Neurosensori


Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.

  • Nyeri/kenyamanan


Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.


  • Pernapasan


Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernapasan, mis, oksigen atau medikasi.
Tanda : Takipnea, napas dangkal, pernapasan labored; penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring, batuk: Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal), bunyi napas: mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar dan mengi, fungsi mental: mungkin menurun; letargi; kegelisahan, warna kulit ; pucat atau sianosis.

  • Keamanan


Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
Tanda : -

  • Interaksi Sosial  


Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Tanda : -
 (Doenges, 2002 : 54)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit gagal jantung. 

  • Curah jantung menurun b.d perubahan kontraktilitas miokardial, perubahan struktural (kelainan katub, aneureisma ventikuler), kelainan irama dan konduksi listrik 

Hasil yang diharapkan :
  1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung
  2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
  3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.       Auskultasi nadi apical : kaji frekuensi utama jantung

2.       Catat bunyi jantung



3.       Palpasi nadi perifer

4.       Pantau tekanan darah


5.       Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis





6.       Pantau haluran urin, catatan penurunan haluran dan kepekatan

7.       Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.

8.       Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi, kaji pemeriksaan fisik sesuai indikasi



9.       Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan tenang, menjelaskan manajemen medik/keperawatan, membantu pasien menghindari situasi stres, mendengar/berespons terhadap ekspresi perasaan/takut.
10.   Berikan pispot di samping tempat tidur

11.   Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut dorong olahraga aktif/pasif tingkatkan ambulasi/aktivitas sesuai toleransi.
12.   Periksa nyeri tekan betis, menurunnya nadi verifer pembengkakan, kemerahan lokal atau pucat pada ekstremitas
Kolaborasi
13.   Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi

14.   Berikan obat sesuai indikasi.

1.     Biasanya terjadi takikardi untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler
2.     Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang tidak teratur
3.     S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa
4.     Pada gagal jantung kongestif dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat.
5.     Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia, sianosis dapat terjadi sebagai refraktori gagal jantung kongestif
6.     Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan minum
7.     Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung

8.     Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen miokard
9.     Stres emosi menghasilkan vaskontriksi yang meningkatkan tekanan darah  dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung


10. Pispot digunakan untuk menurunkan kerja kekamar mandi atau kerja keras menggunakan bedpan
11. Menurunkan stasi vena dan dapat menurunkan insiden trombus


12.  Insiden posisi tinggi < 20% karena sempitnya batas antara rentang terapetik dan toksik

13.  Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia.
14. Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup

  • Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dengan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring yang lama 

Hasil yang diharapkan :
  1. Mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur atau maju dengan frekuensi jantung atau irama dan tekanan darah dalam batas normal pasien dan kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas khususnya jika pasien menggunakan vasoditator, diuretik, pengikat beta.
2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia dispnea, berkeringat, pucat

3. Kaji presipitasi/penyebab kelemahan contoh pengobatan nyeri, obat


4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat
Kolaborasi
6. Implementasikan program rehabilitas jantung/aktivitas

1.  Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (deuretik) atau pengaruh fungsi jantung
2.     Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung.
3.     Kelemahan adalah efek samping beberapa obat, nyeri dan program penuh stres juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan
4.     Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
5.     Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stres miokard

6.     Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.

  • Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah, menurunnya laju filtrasi glomerulus, peningkatan retensi air dan ntarium, peningkatan Anti Diuretik Hormone (ADH).

Hasil yang diharapkan :
  1. Mempertahankan keseimbangan cairan seperti yang dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas normal
  2. Tidak ada distensi vena perifer atau vena edema dependen
  3. Paru bersih dan berat badan stabil

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.       Pantau haluaran urin

2.       Pantau keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
3.       Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler

4.       Buat jadwal pemasukan cairan digabungkan dengan keinginan minum bila mungkin
5.       Kaji distensi leher dan pembuluh perifer
6.       Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk

7.       Auskultasi bunyi napas, catat penurunan bunyi tambahan




1.       Haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal
2.       Terapi deuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
3.       Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi anti diuretik hormon
4.      Melibatkan pasien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol
5.       Catat perubahan ada/hilangnya edema sebagai respon terhadap terapi
6.       Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edema
7.       Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi/tirah baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit.

Intervensi

Rasional

8.       Selidiki keluhan dispnea tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk
9.       Pantau tekanan darah dan central vena pressure
10.   Kaji bising usus


11.   Berikan yang mudah dicerna porsi kecil dan sering
12.   Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
13.   Dorong untuk menyatakan perasaan sehubungan dengan pembatasan


14.   Palpasi hepatomegali


15.   Catat peningkatan letargi

Kolaborasi
16.   Pemberian obat sesuai indikasi 
8.       Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru
9.       Dapat menunjukkan terjadinya kompliksi dan berbeda dari ortopnea dan dispnea
10.   Hipertensi dan peningkatan central vena pressure menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukkan kongestif paru
11.   Kongestif viseral dapat mengganggu fungsi gaster
12.   Penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan absorbsi
13.   Pada gagal jantung kanan lanjut dapat menyebabkan meningkatnya lingkar abdomen sehingga menimbulkan perasaan lelah

14. Perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkan distensi abdomen

1.       Tanda defisit dan natrium yang dapat terjadi sehubungan dengan perpindahan cairan dan terapi diuretik

2.       Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan

  • Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolus akibat akumulasi cairan pada jaringan paru.

Hasil yang diharapkan :
  1. Mendemontrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh Gas Darah Arteri (GDA) atau oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
  2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan atau situasi

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.  Auskultasi bunyi napas, catat krekels


2.  Anjurkan pasien batuk efektif

3.  Dorong perubahan posisi miring

4.  Pertahankan duduk kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 cm
Kolaborasi :
5.  Berikan obat sesuai indikasi


1.       Menyatakan adanya kongesti paru/ pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut
2.      Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
3.      Menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan inflamasi paru maksimal
4.      Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru


5.              Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas

  • Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama, edema dan penurunan perfusi jaringan 

Hasil yang diharapkan :
  1. Mempertahankan integritas kulit
  2. Mendemontrasikan prilaku atau teknik mencegah kerusakan kulit

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.  Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema area sirkulasinya terganggu (pigmentasi atau kegemukan/kurus).
2.  Pijat area kemerahan atau yang memutih
3.  Ubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak

4.  Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban
5.  Periksa sepatu kesempitan/ubah sesuai kebutuhan
6.  Hindari obat intramuskuler


Kolaborasi :
7.  Berikan tekanan alternatif

1. Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, mobilitas fisik dan gangguan status nutrisi

2. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan
3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
4. Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
5. Edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit
6. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit

7. Menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki sirkulasi

  • Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan b.d kurang pemahaman ditandai oleh : 

Hasil yang diharapkan :
  1. Mengidentifikasi hubungan terapi (program pengobatan) untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
  2. Menanyakan tanda dan gejala yang memerlukan intervensi tepat
  3. Mengindentifikasi stres pribadi atau faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani melakukan perubahan pola hidup atau prilaku yang perlu

DAFTAR PUSTAKA





Arjo, Tjokronegoro. (2002). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang. UMM Press 

Doenges, M.E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, (2009), Gagal Jantung, Diakses pada tanggal 16 Juni 2014 dalam web            http://id.wikipedia.org/wiki/Gagal jantung 

Naga, Sholeh. (2012). Ilmu Penyakit Dalam.Yogyakarta: Difa Press

Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Price Sylvia. A. Volume 1 (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (edisi 6). Jakarta: EGC 


Smeltzer, Suzane C. & Bare, Brenda G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2002). Anatomi Fisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC.