Kamis, 18 Mei 2017

Laporan Pendahuluan Pneumonia

A. Konsep Dasar Penyakit Pneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur, bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).

Pneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2000).

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru, yang disebabkan oleh agen virus, bakteri, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing. (Sowden B, 2002)

Kesimpulannya pneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2. Etiologi

Secara umum individu yang terserang pneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Penyebab Pneumonia yang biasa ditemukan menurut (Wijayaningsih, 2013 ) antara lain:

  • Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus, influenza Basillus Friendlander (Klebsial  Pneumonia), Mycobacterium Tuberculosis.
  • Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
  • Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatices, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia, Aspirasi benda asing.


Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 dan Sandra M.Nettina, 2001).

3.  Patofisiologi

Pneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut:

  • Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
  • Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.



Pathway Pneumoni

4. Manifestasi Klinik 

Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005)

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia menurut Wijayaningsih (2013 : 25)

  • Farmakologi

  1. Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicilin, gentamicin.
  2. Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman penyebab:
a) Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka seca praktis dipakai kombinasi: penisilin prokai 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 12 kali sehari dan kloramfenikos 50-100 mg/kg/24jam IM/IV, 4 kali sehari dan kloksasilin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan kloramfenikol (dosis sama dengan di atas).

b) Anak-anak < 5tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh: streptokokus pneumonia: pensilin prokain IM atau fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari, eritromisin atau kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari. Oksigen 1-2 L/m. IVFD dekstrose 5% ½ Nacl O.225% 350cc/24 jam. ASI/Pasi 8x20 cc per sonde B. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.

  • Non farmakologi:

  1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
  2. Simptomatik terhadap batuk.
  3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
  4. Bila terdapat obsturksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan bronkodilator.
  5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 

1. Pengkajian


  1. Demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
  2. Keluhan utama:Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar
  3. Riwayat penyakit sekarang :Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels dan ronchi, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
  4. Riwayat penyakit dahulu :Biasanya penderita pneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya pneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.\
  5. Riwayat penyakit keluarga:Biasanya penyakit pneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
  6. Pola pengkajian

  • Pernafasan 

Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, dan putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji), pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus-menerus. 
Tanda: lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung) 
Dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, ronchi, kasar
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

  • Sirkulasi

Gejala: pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda: peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-abu/sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

  • Makanan/cairan

Gejala: Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema) ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda:turgor kulit buruk berkeringat, palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

  • Aktifitas/istirahat

Gejala: keletihan, kelemahan, dan malaise. ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda: keletihan, gelisah/insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot. 

  • Integritas ego

Gejala: peningkatan faktor resiko
Tanda: perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang

  • Hygiene

Gejala: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari- hari 
Tanda: kebersihan buruk, bau badan.

  • Keamanan

Gejala: riwayat alergi atau sensitife terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya infeksi berulang.


2. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat melalui beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:

  1. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi ssatu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate.
  2. Pemeriksan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
  3. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
  4. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
  5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya (Wijayaningsih K.S, 2013).

3. Komplikasi

Komplikasi dari pneumonia adalah:

  1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
  2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
  3. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
  4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
  5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Wong, 2009)

4. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wijayaningsih (2013) diagnosa keperawatan yang muncul pada pnemonia adalah sebagai berikut:

  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lender dijalan nafas, inflamasi trakeobronkial, nyeri pleuritik, penurunan energy dan kelemahan.
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan.
  3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah
  5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.
  6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi tubuh, dan kekurangan intake cairan.
  7. Kecemasan pada orang tua yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi anak.

5. Intervensi dan Rasional


  • Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lendir dijalan nafas, inflamasi trakeobronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, dan kelemahan.

Kriteria hasil: Pasien menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas, bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea, dan sianosis.

1.Kaji atau pantau pernafasan klien
R/Mengetahui frekuensi pernafasan klien sebagai indikasi dasar gangguan pernafasan
2.Auskultasi bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing)
R/Adanya bunyi nafas tambahan yang menandakan adanya gangguan pernafasan
3.Anjurkan keluarga untuk memberikan posisi yang nyaman, misalnya posisi semi fowler.
R/Posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal
4.Monitor saturasi oksigen
R/Oksigen 96-99% menandakan kadar O2 dalam tubuh normal.
5.Berikan O2 sesuai kebutuhan
R/Mempertahankan kadar O2 dalam tubuh
6.Terapi inhalasi dan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil.Batuk adalah mekanisme membersihkan jalan nafas alami, membantu silia mempertahankan jalan nafas paten
7.Pemberian cairan peroral /IV sesuai usia anak, tawarkan air hangat daripada dingin
R/Cairan khususnya yang hangat memobilisasi serta mengeluarkan lender
8.Kolaborasi dengan dokter dalam pengisapan lendir sesuai indikasi
R/Merangsang batuk serta membersihkan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan pernafasan karena batuk tidak efektif atau penurunan kesadaran


  • Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan.

Kriteria hasil: Pasien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan.

1.Monitor atau kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernafas, retraksi stromal
R/Data dasar untuk pengkajian lebih lanjut
2.Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
R/Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggil namun sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit disekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik
3.Kaji status mental
R/Gelisah, mudah terangsang, bingung dan samnolen dapat menunjukkan hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral
4.Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dan batuk efektif
R/Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
5.Anjurkan keluarga untuk mempertahankan kebutuhan istirahat tidur/tirah baring
R/Mencegah kelemahan dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk kemudahan perbaikan infeksi


  • Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Kriteria hasil: Pasien tidak memperlihatkan adanya peningkatan suhu tubuh.

1.Pantau suhu pasien (perhatikan menggigil/diaphoresis)
R/Suhu 38,9-41,100 C menunjukan proses penyaki, infeksi akut. Pola demam dapat membantu diagnosis
2.Pantau suhu lingkungan, batasi aktivitas
R/Suhu ruangan dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
3.Anjurkan keluarga untuk memberikan kompres hangat jika demam
R/enggunaan air dingin/es kemungkinan menyebabkan peningkatan suhu secara actual
4.Anjurkan keluarga untuk klien menggunakan pakaian tipis dan longgar
R/Pakaian yang tipis dan longgar dapt memksimalkan penguapan tubuh
5.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan antipiretik
R/Mengurangi demem dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,


  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.


Kriteria hasil: Pasien menunjukan peningkatan nafsu makan dan mempertahankan berat badan.

1.Identifikasi faktor yang menyebabkan kesulitan menelan (nyeri)
R/Pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
2.Auskultasi bising usus, observasi/palpasi distensi abdoment
R/Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat/memanjang
3.Anjurkan keluarga untuk memberikan makan porsi kecil tapi sering
R/Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
4.Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan
R/Mengkaji toleransi pemberian makanan
5.Timbang berat badan setiap hari
R/Peningkatan berat badan secara bertahap menandakan adanya perbaikan setatus nutrisi pasien



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, Aziz. A. A. (2006). Pengantar ilmu kepeerawatan anak. (Edisi pertam). Jakarta : Salemba medika

Marni. (2014). Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pernafasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak sakit. Jakarta : EGC

Nursalam. (2005). Buku pengkajian keperawatan. Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani, R. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : EGC

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta : TIM

Wong, D. L. (2000). Buku ajar keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Jakarta: EGC

Wong, D. L. (2009). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar